31 August 2017

Memulai Penelitian Kuantitatif

Dari pengalamanku, sebagian besar mahasiswa S1 membuat persepsi yang negatif tentang skripsi. Entah itu sulit, berat, mustahil, memuakan, atau nggak penting. Jika kamu merupakan salah satunya, maka STOP dulu. Kamu perlu merubah persepsi itu sebelum memulai sebuah penelitian. Secara tidak langsung, persepsi yang negatif membuat proses penelitian menjadi hambar. Maka dari itu, carilah fenomena yang membuatmu tertarik untuk terus mendalami, sehingga proses penelitian itu menjadi menyenangkan dan bermakna, bagimu maupun bagi orang lain. 
Lalu, modal menulis adalah membacaKebanyakan orang Indonesia itu males banget kalo suruh baca! Inspirasi untuk menulis akan muncul dengan membaca karya orang lain. BUKAN PLAGIAT YA! Sama seperti blog ini muncul karena inspirasi dari beberapa dosen yang nyambi ngeblog. Jadi, biasakan membaca! Baca artikel informatif ya, bukan komik 😂
Baiklah. Jadi, bagaimana caranya memulai penelitian?

PERTAMA: Temukan Fenomena!
Hal termudah dalam sebuah penelitian adalah cari masalah. Ya, cari masalah! Permasalahan yang nyata di masyarakat dapat menjadi fenomena penelitian yang sulit untuk dibantah ketika ujian skripsi. Misalnya, baru-baru ini terdapat fenomena bullying yang marak terjadi di lingkungan pendidikan. Hal itu merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Temukan fenomena yang menarik perhatianmu dan membuatmu penasaran akan proses psikologis yang terjadi dalam masalah itu. Fenomena tidak harus viral atau diketahui banyak orang. Cukuplah pemberitaan di media online yang terpercaya keakuratan beritanya (semacam detik.com atau kompas.com) sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Carilah tiga sampai lima berita yang mirip sehingga fenomena tersebut layak diteliti.

KEDUA: Tentukan Variabelnya!
Ketika kita telah menemukan fenomena yang akan diteliti, tentukan variabel dari perilaku tersebut! Variabel yang dimaksud adalah variabel psikologis ya, artinya kondisi psikologis seseorang yang memiliki tingkatan. Menentukan variabel psikologis dari sebuah fenomena itu, gampang gampang susah. Tidak semua pemberitaan menyebutkan fenomena itu dengan istilah psikologi yang tepat. Ambil contoh yaitu dari fenomena bullying yang marak tersebut, secara mudah kita bisa bilang bahwa perilaku itu adalah perilaku bullying. Padahal bullying terjadi jika korban tidak mampu memberikan perlawanan. Perilakunya sendiri adalah perilaku agresi. It's tricky, so be careful. Variabel psikologis yang muncul dari fenomena tersebut biasanya adalah DV (dependent variable) atau variabel tergantung. Artinya, ada hal-hal yang memunculkan variabel tersebut. Hal-hal itu yang nantinya disebut sebagai IV (independet variable) atau variabel bebas.
Jadi, setelah kita menemukan variabel (DV) dari fenomena tersebut, kita mencari penyebab (IV) dari variabel itu. Caranya? Carilah artikel-artikel penelitian tentang variabel (DV) itu dari berbagai jurnal. Cara mengakses jurnal ada disini. Misalnya, dari berbagai jurnal ditemukan bahwa bullying merupakan perilaku agresi. Berbagai penelitian lain munjukkan bahwa agresi dipengaruhi/memiliki berbagai faktor yaitu jenis kelamin, situasi stress, harga diri, dan kontrol diri. Nah dari sini dapat ditentukan variabel psikologi yang terjadi yaitu kontrol diri mempengaruhi agresi, dan salah satu bentuk agresi adalah bullying. Jika sudah jelas variabel yang akan diteliti, carilah aspek/dimensi dan dampak/faktor dari variabel yang akan kamu teliti. Bacalah mengenai apa saja yang perlu dicari dari variabel disini.

KETIGA: Konsultasi Ke Pembimbing!
Ketika fenomena dan variabel-variabel yang akan diteliti sudah jelas, maka silahkan datang ke orang yang lebih paham. Jika ini skripsi, maka datanglah ke dosen pembimbing skripsimu. Mereka akan lebih mudah dan cepat membantumu jika fenomena dan variabel yang akan kamu teliti jelas. Jika disetujui, maka langsung saja mulai mengetik bagian pendahuluan. Mulailah seperti yang sudah kamu lakukan diatas. Proses berpikir yang runtut itu akan memudahkanmu menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Jika sulit, tulislah dalam bentuk poin-poin sejak awal fenomena yang terjadi hingga akhirnya kamu menemukan variabel. Jabarkan poin-poin itu dalam bentuk paragraf-paragraf. Hal terpenting dalam bagian pendahuluan adalah menuliskan seluruh proses berpikirmu. Terkait tata tulis, biar nanti pembimbing yang akan melakukan review terhadap tulisan itu. Itulah tugas mereka. Nah, isi BAB I dan BAB II dalam penelitian kuantitatif kira-kira seperti ini:



Jika sudah menuliskan BAB I dan BAB II secara jelas dan disetujui, maka kita bisa melanjutkan ke BAB III yang akan dijelaskan step by step oleh blog yang berfokus ke pembuatan skala ini. Jadi bukan isinya yaaa, tapi caranya hehe. Semoga artikel ini membantu Î¨ 

03 August 2017

Variabel Penelitian Psikologi Kuantitatif

Salah satu langkah penting dalam penelitian psikologi kuantitatif adalah menentukan variabel yang akan diteliti. Variabel, apa itu???

Variabel secara ngawur dapat dikatakan sebagai sebuah konstruk yang dapat variasi (vari-able). Artinya, konstruk tersebut bukan terdiri dari satu variasi saja, tetapi terdapat sejumlah variasi yang berbeda antar manusia satu dengan yang lain. Contohnya seperti ini:
Baju bukan variabel, karena baju merupakan satu hal yang sama. Tetapi warna baju adalah variabel, karena ia memiliki variasi warna yaitu baju merah, baju hijau, baju ungu, dan sebagainya.
Smartphone bukan variabel, karena smartphone merujuk pada satu benda yang umum dan sama. Tetapi merek smartphone adalah variabel, karena ia memiliki variasi merek yaitu apple, samsung, xiaomi, lenovo, dan sebagainya. 
Contoh diatas merupakan analogi data nominal. Dalam prakteknya memang tidak selalu menyebutkan variabel menjadi tingkat agresi atau tingkat kontrol diri. Cukup agresi atau kontrol diri. Namun sekiranya dapat dipahami bahwa variabel adalah teori/konstruk yang memiliki variasi. Variabel adalah sebutan untuk sebuah teori/konstruk yang diukur, salah satunya menggunakan skala psikologi seperti WAIS untuk mengukur konstuk intelegensi atau EPPS untuk mengukur konstruk kepribadian.

Jika kita sudah menemukan variabel yang ingin kita teliti, lalu bagaimana? Konstruk dapat menjadi variabel yang dapat diteliti secara kuantitatif jika ia memiliki: aspek/dimensi, dan faktor/dampak. Apaaaa bedanyaaaaa???
Aspek: hal-hal yang membentuk suatu variabel
Dimensi: bentuk-bentuk dari suatu variabel.
Faktor: variabel-variabel lain yang mempengaruhi suatu variabel.
Dampak: variabel lain yang dipengaruhi oleh suatu variabel.
Anggaplah aku tertarik untuk meneliti tentang agresi, dan apa yang menyebabkan seseorang agresif. Artikel-artikel jurnal penelitian yang kubaca menyebutkan bahwa salah satu faktor utama dari agresi adalah kontrol diri. Hal itu menjadikan kontrol diri sebagai variabel bebas (IV) dan agresi sebagai variabel tergantung (DV) karena kontrol diri berdampak pada agresi dan faktor dari agresi adalah kontrol diri. Hal itu menjadi dasar penelitianku karena tanpa dasar penelitian yang jelas, maka penelitian tidak layak untuk dilanjutkan. Gambarannya kira-kira seperti ini:


Perlu dicacat bahwa aspek/dimensi dari variabel-variabel yang akan diteliti juga diperlukan untuk penyusunan skala psikologis. Aspek/dimensi tersebut biasanya juga dipakai di skema penelitian untuk menjelaskan hubungan antar variabel.  Seperti ini:


Dengan adanya skema penelitian seperti itu, maka penelitian menjadi jelas. Carilah artikel penelitian tentang variabel-variabel yang akan kamu teliti sedetil mungkin (Tips Mencari Artikel Jurnal) sebelum memulai penelitian. Proses ini biasa disebut review artikel jurnal. Setelah ketemu seluruh informasi tentang variabelmu (yang terpenting aspek/dimensi dan faktor/dampak) maka tinggal mencari kenapa variabel itu penting untuk diteliti.
Kepentingan penelitian psikologi biasanya didapatkan dari fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran penelitian tersebut. Carilah fenomena dari halaman berita online seperti kompas.com atau detik.com dan cantumkan fenomena yang ditemukan sebagai awal dari latar belakang penelitian. Semoga membantu Î¨

02 August 2017

Step-by-Step Mengakses Artikel Jurnal

Hal penting yang harus diketahui adalah: Artikel Jurnal dan Jurnal adalah dua hal yang berbeda.


Lalu, bagaimana caranya mengakses artikel-artikel yang kita butuhkan itu?

PERTAMA: Cari artikel jurnalnya dulu di Google Scholar karena ia berfungsi sama seperti mesin pencari Google biasa, namun khusus untuk mencari artikel berbau akademis. Artinya, jika tidak ditemukan di Google Scholar, maka kemungkinan besar tidak ada di website lain. Bisa juga mencari dari Scopus dan teman-temannya yang artikelnya lebih berkualitas.
Gunakan kata kunci Bahasa Inggris yang spesifik (misal: verbal aggression, social comparison). Kata kunci yang terlalu umum (misal: aggression, self-control, or adolescenes) akan menyulitkanmu memilih artikel yang memang kamu butuhkan. Misalnya seperti ini:



Kotak merah itu adalah artikel yang ingin diakses. Jika bebas diakses, biasa di kotak hijau akan tersedia link downloadnya. Tapi artikel tersebut milik APA dan ternyata berbayar ($12 per Agustus 2017) sehingga tidak dapat diakses secara bebas. Lalu bagaimana?

KEDUA: Buka link artikel tersebut. Nah di link tersebut, atau di halaman yang kita buka akan terdapat DOI, semacam kode seperti di perpustakaan untuk mengakses artikel jurnal tersebut. DOI biasa dimulai angka sepuluh dan titik misalnya 10.1016/j.paid.2016.11.046 atau 10.14689/ejer.2015.61.6 dan sebagainya. Carilah DOI artikel jurnal yang ingin diakses. DOI itu biasa berada dalam suatu link atau malah link halamannya. Seperti ini:



Jurnal diatas memiliki DOI 10.1037/0022-006X.47.6.1020 salinlah DOI tersebut.

KETIGA: Ini klimaksnya. Dapat dikatakan ini membajak. Buka http://sci-hub.bz/ (.bz bisa diganti .io atau .tw jika bermasalah, search google aja pake keyword sci-hub biasa muncul di atas sendiri yang linknya tersedia) lalu salin kode DOI tadi ke web itu. Seperti ini:



Biasa ada tes captcha sebelum jurnal. Tapi kalau sudah diisi, tampilannya akan sama seperti ini:



Jika ingin mendownload artikel jurnal tersebut, tinggal klik tombol yang ada di kotak merah.
Usahakan menyimpan artikel jurnal dengan format seperti daftar pustaka, sehingga mudah mencari kembali artikel yang dibutuhkan ketika ditanyain DPS ataupun ketika ujian skripsi 😉 seperti ini:


TERAKHIR: Apa yang kita lakukan ini adalah pembajakan. Walaupun cara ini tidak etis dan melanggar hak cipta, aku pikir selama bukan demi kepentingan komersial, cara ini masih layak untuk dipakai terutama bagi mahasiswa semester akhir yang berjuang. Hal ini juga lebih baik dilakukan daripada membuat skripsi atau penelitian dengan sumber blog atau wikipedia dan teman-temannya belum jelas kebenarannya.
Hal yang TIDAK BOLEH DILUPAKAN adalah mencantumkan semua sumber secara lengkap, termasuk DOI artikel penelitian tersebut dalam daftar pustaka penelitian kita. Biasa DOI dicantumkan dibagian akhir setiap acuan misalnya: "Keatley, D. A., Allom, V., & Mullan, B. (2017). The effects of implicit and explicit self-control on self-reported aggression. Personality and Individual Differences, 107(1), 154-158. doi:10.1016/j.paid.2016.11.046"Walaupun kita membajak publikasinya, setidaknya kita berkontribusi meningkatkan citation penelitian tersebut dengan mencantumkannya dalam daftar pustaka penelitian kita. Semoga membantu Î¨

01 August 2017

First Post!

Semoga blog ini membantu jiwa-jiwa mahasiswa psikologi yang berjuang untuk sampai ke alam sarjana :)
😂